Mengapa Telolet?
![]() |
| (foto: dokumen pribadi) |
Ketika lumba-lumba berenang, suara tersebut sebagai navigasi
untuk mencari makan. Sama juga seperti suara klakson telolet yang dipakai oleh
sopir bis untuk navigasi agar bisa mendapatkan penghasilan dalam mencari makan
dan membawa sebongkah berlian. Lumba lumba mengeluarkan suara sebagai navigasi
di lautan lepas, sedangkan bus mengeluarkan klakson telolet di lautan jalanan
dan butiran debu. Suara lumba-lumba menjadi semacam mata bagi lumba-lumba,
karena dengan menggunakan frekuensi yang diproduksinya, suara tersebut dapat
mengetahui benda apa di depannya, apakah menghalangi atau tidak, serta kearah
mana lumba-lumba tersebut harus berenang. Lumba-lumba bisa memperkirakan hal
tersebut melalui pantulan suara yang dikeluarkan. Sama seperti juga bus
mengeluarkan klakson telolet bisa menjadi semacam mata jika menggunkan
frekuensi yang tepat, amplitudo yang seimbang, gelombang yang aduhai, dan timing yang tepat, bus dengan klakson
telolet mampu secara massiv menggerakkan kendaraan lain untuk menepi. Ibaratnya,
sang raja jalanan mau lewat. Bus dengan
klakson telolet juga memiliki cara kerja yang sama, bisa memperkirakan
rintangan apa yang ada di depan, apakah emak-emak pengendara motor matic, apakah anak sekolah yang bonceng
tiga, ataukah pengendara ababil yang lupa memakai helm.
Selain sebagai navigasi dan penglihatan, lumba-lumba juga
menggunakan suara bisingnya itu sebagai senjata untuk mencari makan dan
menangkap mangsa. Tapi mungkin lumba-lumba tidak seagressif kucing garong yang
selalu main embat main sikat mangsa yang lewat. Sekali lumba-lumba mengeluarkan
suara, ikan-ikan kecil di sekitarnya pada mabok, oleng lalu berserah diri pada
Yang Maha Kuasa atas ancaman yang dideritanya. Ikan-ikan kecil ini akan menjadi
mangsa dari lumba-lumba seimut lumba-lumba fotogenik di film Dolphin Tale, atau seperti lumba-lumba Winter yang hidup pertama kali dengan
ekor buatan. Bus dengan klakson telolet ini juga sama, dengan nada suara yang
mantab mengumandangkan telolet, membuat kendaraan kecil di kanan kirinya akan
oleng dan melihat spion sambil bilang asem
ik, atau melipir cantik ala-ala Syahrini dengan slogan maju mundur syanteeek.
Kehadiran bus berklakson telolet adalah momok bagi para remaja putra-putri
tanggung yang enak-enaknya boncengan motor tanpa helm dengan kecepatan 5
kilometer perjam. Kenapa kehadiran bus dengan klakson telolet adalah momok?
Karena remaja ini harus mau tidak mau, rela tidak rela untuk ikhlas lillahi taala dan segera memberi jalan
bus berklakson telolet untuk menghantarkan penumpang sampai ke tujuan dengan
selamat tidak kurang suatu apapun. Dari fakta tersebut, tentu sangat penting
adanya suara lumba-lumba bagi kelangsungan spesiesnya, karena tanpa suara yang
dihasilkan, lumba-lumba akan bergerak tak tentu arah di rimba raya bernama
samudera. Banyak berita mengenai lumba-lumba yang terdampar, sebut saja di
sungai Wampu, di Tanjung Pinang, atau di pantai Parangtritis dikarenakan indera
pendengarannya rusak, sehingga lumba-lumba tersesat dan tak tahu arah jalan
pulang. Tidak akan terbayangkan bila bus berklakson telolet mengalami masalah
perlistrikan atau perdinamoan speakernya
yang menghasilkan suara ciamik.
Kehadiran kalkson telolet adalah upaya nyata untuk membelah
rute sehari-hari yang dilewati oleh bus besar pengangkut para perantau, para
wisatawan, para negarawan, para budayawan menuju dua kota sebut saja rute
Jakarta menuju Surabaya, rute Kudus menuju Semarang, rute jomblo menuju
pelaminan. Keberadaan klakson telolet selain sebagai keamanan, juga sebagai
aksesoris modifikasi ringtone bus
yang konvensional menuju era post
modernisme kontekstual yang penuh
dengan inovasi. Keamanan disini sangat erat kaitannya dengan pola laju bus untuk
menelusuri jalur pantura yang kebak
dengan pasar tumpah. Sebut saja di Indramayu, ada enam pasar tumpah yaitu pasar
Sukra, pasar Patrol, pasar Silet Kandanghaur, pasar Jatibarang, pasar Karangampel,
dan pasar Kertasmaya. Sementara di Cirebon, ada lima titik yaitu pasar Tegal
Gubug, pasar Palimanan, pasar Plered, pasar Losari, dan pasar Gebang. Itu hanya
Cirebon dan Indramayu sodara sodara, belum pasar tumpah yang lainnya. Tidak
akan pernah bisa kita bayangkan berapa kali sopir bus akan mengklakson kendaraan
yang memadati pasar tumpah untuk berbeli cangcimen,
kacang-kuaci-permen di pasar tumpah tersebut. Apalagi kalau klaksonnya
konvensional. Inilah gunanya inovasi nyata yang diterapkan, sudah melalui uji
coba trial clinic dan digunakan pula plasebo sebagai pengecohnya.
Seharusnya pak Budi Karya perlu mengapresiasi kemajuan
transportasi yang menginisiasi munculnya inovasi yang disertai kontroversi di
berbagai belahan dunia. Hal ini merupakan suatu daya tarik yang bisa menarik
meningkatnya kunjungan wisatawan untuk menaiki bus berklakson telolet di masa
depan. Pak Arief Yahya perlu memanfaatkan momentum ini dengan aji mumpung mengeluarkan inovasi lainnya
misalnya paket touring bus telolet
keliling Jawa, camping New year Eve Rinjani ala telolet atau 3D2N
paket telolet Raja Ampat. Namun satu yang belum bisa diuji kebenarannya secara
statistika dan hipotetiko deduktio. Kalau
suara lumba-lumba sangat membantu terapi fisik, penderita lumpuh, orang tua dan
anak yang menderita autisme, lain halnya dengan suara klakson telolet. Disinilah
nalar peneliti akan diuji, apakah bisa peneliti mengajukan premis bahwa
gelombang telolet mampu menyembuhkan sejumlah penyakit. Hal ini akan sangat
dimungkinkan di masa depan ketika para peneliti bisa sama-sama menguji hipotesis
tersebut melalui judul penelitian yang sederhana, yaitu hubungan antara
frekuensi mendengarkan klakson telolet terhadap gelombang cinta gebetan yang
ditikung teman sendiri akibat terlalu lama mengerjakan skripsi. Selamat mencoba
dan jangan lupa, aku telolet padamuh!

Hahahhaaaa...
ReplyDeleteIntinya yaitu bertemu pakar, berkonsultasi apakah dg judul seprti itu bisa dibuktikan menggunakan analisis kuantitatif atau kualitatif ataukah mix method..
Ahhh telolet tololet tralala trilili...